Sabtu, 15 Juni 2013

Cerpen: COMPLICATED

Rumit, rumit, rumit. Itulah kisahku. Nama ku Violet, umurku 16. Aku seorang ABG labil yang masih belajar mengendalikan perasaan. Aku putus dari pacar--ups maksudku mantan yang telah berpacaran denganku selama 2 tahun delapan bulan. Sudah hal umum bahwa ketika kalian berpisah dengan seseorang, hal tersulit adalah move on. Selama beberapa lama aku sulit sekali melupakannya. Setiap aku mendatangi suatu tempat, aku pasti langsung teringat dengannya. Namun ketika aku “merasa” sudah berhasil move on…. Aku move on ke orang yang salah. Aku menyukai pacar teman ku sendiri. Rasanya seperti memendam sebuah kejahatan. Ya, ada yang bilang kita nggak pernah bisa memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta. Awalnya aku hanya merasa nyaman mengobrol dengan laki-laki itu. Kita membicarakan banyak hal tanpa kehabisan bahan obrolan. Bermain bersama dia seperti bermain dengan teman lama yang sudah lama tidak bertemu. Sultan Armadian, itu nama laki-laki yang selama dua bulan ini muncul di kepalaku. Kita adalah teman satu kelas dan teman satu ekskul. Setiap hari aku bertemu dengannya, ngobrol, dan bercanda. Entah sejak kapan aku mulai nyaman bersamanya. --“—“”---- “Vi, lo pulang sama siapa?” ujar cowok itu. “hmm, gue gatau lagi nyari tebengan nih, Tan” jawabku. Cowok itu namanya Sultan. “Yaudah mau bareng ga?” Ya begitulah kami. Kami sering pulang bersama. Kadang waktu dia bersamaku lebih banyak daripada waktu dia bersama Tania--pacarnya yang juga temanku itu. Aku juga tahu perkembangan kisah mereka. Dari awal Sultan dan Tania PDKT, aku sering mendengarkan cerita mereka. Aku pun mulai mengatur baik-baik perasaanku. Okelah kalau memang Sultan bukan untukku, aku harus menerimanya. Tapi lama kelamaan aku mulai mengetahui bahwa Sultan tipe cowok yang cuek sama pacarnya. Tania berkali-kali dibuat pusing sama tingkahnya yang cuek dan nggak pernah merhatiin Tania. Malah dia cenderung tipe cowok heartbreaker. Mantannya dulu diputusin secara sepihak sama dia dan beberapa minggu kemudian dia deket sama cewek lain. Aku juga nggak ngerti jalan pikiran dia. Dalam 3 bulan terakhir ini kita lagi sering-seringnya bertemu. Kami akan mengikuti turnamen Taekwondo yang akan diadakan sekitar dua minggu lagi. Aku pun harus pintar-pintar mengontrol perasaan agar tidak semakin menyukainya. Setiap selesai latihan, kita tidak langsung pulang. Mengobrol sampai sore adalah kebiasaan kita. Sangat sulit untuk tidak mengakui bahwa aku nyaman bersama dia. Tetapi mau tidak mau, harus kuakui, setelah putus dari mantanku tujuh bulan yang lalu, belum ada yang membuatku nyaman selain Sultan. Dia seperti warna kuning yang memberikan kehangatan di hati dan warna biru yang mendamaikan hati. Tetapi selama Sultan masih bersama Tania, aku masih bisa mengontrol perasaan, karena aku harus tahu diri. Sampai aku mendengar kabar bahwa Tania dan Sultan putus, dan Tania menangis di hadapanku. “Vi, gue putus sama Sultan… Sultan yang mutusin gue. Sakit banget rasanya, Vi…. Gue kesel sama dia, dia kenapa seenaknya aja ninggalin gue sedangkan dulu dia janji nggak bakal ninggalin gue. Gue benci punya perasaan kayak gini. Gue ngerasa kenapa gue gabisa bikin dia sayang banget sama gue tapi gue sayang banget sama dia. Gue benci gue sendiri doang yang nangisin dia kayak gini, Vi.....” isak Tania. Jujur, aku nggak tahu apa yang harus aku lakuin. Aku nggak mau munafik dengan pura-pura ngehibur dan ngasih kata-kata yang bijak karena aku juga nggak tahu apa yang aku rasain. Di satu sisi aku ngerasa lega karena nggak perlu takut nikung dia tapi di satu sisi….. rasanya sakit melihat temanmu menangis. Oke sekarang aku merasa jahat banget. Akhirnya aku hanya berkata, “Tan, lo itu orang baik. Lo pasti dapetin yang lebih baik dari dia. You deserve someone better, just let it go..” ucapku sambil merangkulnya. ------‘’’’’’------ Lima bulan kemudian, kisah ku masih begini saja. Hubungan ku dengan Sultan menjadi tidak lebih baik dari yang dulu. Semenjak dia putus dengan Tania, aku memutuskan untuk mulai menghindar darinya. Dia juga akhirnya menjauh ku. Agak sakit juga, dulu dia selalu membutuhkan ku. Bukannya GR tetapi kalau dia kesusahan, dia selalu mencari ku dan meminnta bantuanku. Sekarang? Memang salahku sih, aku selalu berpura-pura sibuk dan dia juga akhirnya menyerah. Rumit sekali lovelife ku ini. Aku belajar untuk melupakan perasaan ku. Dia juga masih belum menemukan pacar baru padahal banyak yang naksir sama dia. Dia sih hanya menanggapi beberapa cewek saja tapi lalu dia mengabaikan mereka. Benar-benar heartbreaker. Tetapi ada satu hal yang membuat ku agak terkejut. Waktu itu aku sedang mengerjakan tugas bersama seorang teman dan teman ku itu menanyakan suatu hal. “Vi, kok akhir-akhir ini gue jarang liat lo sama dia lagi? Dan sebenernya ada yang pengen gue tanyain dari dulu…. lo sama dia ada sesuatu ya?” tanya Aya sambil menunjuk kearah lapangan. Disitu ada Sultan. “Gue? Sama dia? Cuma temen.” jawabku dengan yakin. “Masa? Tapi cara kalian saling menatap, tawa kalian kalo lagi bareng itu beda. Gue sangat nyadar. Ada isu, katanya dia suka sama lo makanya dia putus sama Tania. Emang dia nggak pernah ngomong kalo dia punya perasaan atau apa gitu?” Sultan? Ngomong dia punya perasaan ke gue? Emang dia serius punya perasaan ke gue? Cowok heartbreaker gitu? Lagian kok jahat banget ninggalin Tania karena suka sama gue? “Gue nggak mau nganggep serius perlakuan dia ke gue. Lo tahu kan dia tuh heartbreaker. Gue yakin dia cuma penasaran sama gue. Bisa nggak dia dapetin gue. Gue nggak ingin dia beranggapan bahwa semua cewek bisa dia luluhin hatinya, nggak semua cewek bisa dia sakitin. Sekali-sekali dia harus sadar bahwa cewek itu bukan makhluk untuk disakiti. Dan biar dia nggak sok kegantengan juga. Intinya gue nggak mau jadi cewek selanjutnya yang dia sakiti. Ngerti, Aya?” ucapku dengan tegas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar